Beranda Media Alternatif
Garut, Jawa Barat, Indonesia
Antitesa.com – Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada tanggal 21 November, diperingati sejumlah komunitas penggiat alam terbuka, relawan, pendaki gunung dan pencinta alam di kawasan Gunung Kuta, Kampung Cibeureum, Desa Cibadak, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor.
Acara yang diselenggarakan oleh komunitas Wanapa dan masyarakat sekitar kawasan Gunung Kuta ini, dihadiri oleh komunitas dari berbagai daerah. Diantaranya Bogor, Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi dan Cianjur.
“Ini sekaligus menjadi momentum bertemunya para penggiat alam terbuka, relawan, pendaki gunung dan pencinta alam. Acara digelar malam hari, sambil berkemah. Kami adakan diskusi dengan menghadirkan sejumlah narasumber. Selain sesi diskusi, kami selenggarakan juga kegiatan penanaman pohon di sepanjang jalur pendakian,” jelas Daday.
Kawasan Gunung Kuta yang memiliki ketinggian di atas1000 Meter dari Permukaan Laut (MDPL) dan berada di kawasan perbukitan Bogor Timur ini dipilih menjadi tempat peringatan, karena memiliki beberapa keunikan.
“Kawasan ini mempunyai tipikal bebatuan karang dan andesit. Uniknya, meski konturnya seperti itu, terdapat banyak sumber mata air yang mengaliri bagian hilir sungai di daerah Bekasi dan sekitarnya. Inilah alasan kenapa kami memilih Gunung Kuta menjadi tempat peringatan acara tahunan ini,” jelas Daday.
Dalam acara ini, ketua Relawan Indonesia Pembela Alam (RIMBA), Eko Wiwid, yang turut menjadi salah satu narasumber diskusi, menyampaikan beberapa poin esensial.
“Kegiatan Hari Pohon Sedunia ini adalah bentuk nyata partisipasi kami membantu pemerintah, dalam upaya memerangi kerusakan lingkungan dan mengurangi risiko bencana. Berbagai komunitas serta elemen masyarakat yang hadir, menyikapi berbagai isu kerusakan lingkungan dengan kerja nyata. Tidak hanya seremonial belaka,” ujarnya.
“Ini menjadi momentum peringatan, agar kita menjaga dan merawat pohon. Supaya fungsinya tetap terpelihara. Setiap saat adalah hari pohon. Menjaga pohon merupakan upaya nyata menjaga kelangsungan hidup manusia di bumi. Ketika banyak pohon ditebang sembarangan, berbagai bencana pun datang. Pohon ditebang, Bumi meradang!,” pungkas Eko Wiwid. (*)